Review Novel Roekiah 1965

roekiah

Roekiah 1965 menawarkan sebuah pengalaman membaca yang memikat dengan latar tahun 90-an yang jarang diangkat dalam literatur, memberikan nuansa nostalgia yang segar. Dari awal hingga akhir, cerita ini tidak pernah membuat pembaca merasa bosan. Alur cerita yang kuat dan penggambaran yang mendetail tentang seni ludruk—sebuah bentuk seni tradisional yang jarang dieksplorasi—menjadi kekuatan utama dari buku ini.

Roekiah, sebagai protagonis, menghadapi tantangan besar dalam menghidupkan kembali ludruk, sebuah seni pertunjukan yang telah kehilangan jati dirinya setelah perjuangan bapaknya. Dengan latar belakang emosional yang mendalam dan keteguhan Roekiah, pembaca dapat merasakan setiap momen perjuangan dan dedikasinya. Penulis berhasil menyajikan konflik batin Roekiah dengan sangat kuat, membawa pembaca untuk merasakan keputusasaan dan harapan yang mendalam.

Selain cerita yang kuat, riset yang dilakukan oleh penulis juga patut diapresiasi. Deskripsi dan penggambaran tentang seni ludruk dan konteks sejarahnya sangat mendetail, menambah kekayaan narasi dan memberikan wawasan yang berharga tentang budaya yang mungkin belum banyak dikenal orang.

Secara keseluruhan, novel ini adalah sebuah karya yang sukses menghadirkan cerita yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, dengan penokohan yang kuat dan riset yang mendalam. Bagi para pembaca yang tertarik dengan latar sejarah dan budaya yang unik, buku ini adalah bacaan yang sangat direkomendasikan.

Sinopsis Novel Roekiah 1965

Di tengah keramaian alunan gending dan gemerincing di pergelangan kaki, Roekiah merasakan jiwanya melambung tinggi, mengenang perjuangan hidup dan mati bapaknya yang selalu menyuarakan kebenaran melalui kesenian. Dalam benaknya, terngiang suara kesedihan karena ludruk, seni pertunjukan yang diwariskan bapaknya, kini kehilangan makna dan jati diri. Melihat kondisi ini, Roekiah bertekad untuk menghidupkan kembali ludruk sebagai bentuk penghormatan dan dedikasi untuk bapaknya.

Malam itu, Roekiah mencetak sejarah sebagai wanita pertama yang memainkan ludruk. Pertunjukan seni yang selama ini menjadi mimpi dan simbol perjuangan bapaknya kini hidup kembali dalam diri Roekiah, sebagai bentuk pengabdian dan hiburan bagi rakyat yang kesulitan.

Deskripsi

JudulRoekiah 1965
PenulisRoe
PenerbitCabaca
GenreHistori 
BahasaIndonesia
StatusTamat
Jenis PublikasiDigital

Rangkuman Feedback Pembaca Novel

Pembaca merasa sangat terkesan dengan novel ini, terutama karena latar tahun 90-an yang sering kali membosankan, namun dalam buku ini tetap menarik dari awal hingga akhir. Penggambaran kejadian dan riset mendalam tentang seni ludruk, yang jarang diceritakan, menambah nilai lebih pada buku ini. Secara keseluruhan, buku ini dianggap sangat bagus dan memberikan pengalaman membaca yang menarik dan khas dari era tersebut.

Cara Baca Novel Roekiah 1965

Kamu bisa menemukan dan membaca novel ini di website maupun aplikasi Cabaca. Kamu perlu untuk membuat akun jika belum memilikinya. Setelah login, cari judul novel di kolom pencarian, lalu klik pada judul novel untuk membuka halaman detailnya. 

Pada halaman tersebut, kamu akan menemukan opsi untuk membaca secara online atau mengunduh, lalu mulai membaca. Kamu juga bisa berinteraksi dengan pembaca lain melalui komentar pada setiap bab untuk membagikan pendapatmu. 


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *